MAKALAH
METODOLOGI STUDI ISLAM
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
METODOLOGI STUDI ISLAM
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
FATIMAH AHMAD RAMBE
(0301161042)
SAMSUL BAHRI (0301162195)
Dosen Pengampu: Dr. M. Razali, Lc, MA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
A. Latar
Belakang
Disamping didasarkan kepada pemikiran
sebagaimana terdapat pada kata pengantar tersebut,penulisan buku ini juga di
latarbelakangi oleh pemikiran sebagai berikut.
Islam sebagai mana dikemukakan Harun Nasution
bukan hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan melalui ibadah ritual,
seperti shalat, puasa dan haji, melainkan mengatur pula hubungan manusia dengan
manusia, dan hubungan manusia dengan alam jagat raya, melainkan membicarakan
berbagai aspek, yakni aspek teologi, filsafat, tasawuf, sejarah, hukum islam,
dan lain sebagainya.Melalui bukunya yang
berjudul Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek.[1]
Dalam makalah ini kami
akan membahas tentang pengertian studi islam, dan semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca dan penulis.
B. Pengertian
Metodologi
Metodologi adalah
ilmu-ilmu/cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan
penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung
dari realitas yang sedang dikaji. Metodologi tersusun dari cara-cara yang
terstruktur untuk memperoleh ilmu.
Metodologi atau methodology dalam bahasa Inggris,
diserap dari bahasa Perancis “méthodologie”
yang berasal dari bahasa Latin modern “methodologia”
yang tersusun dari kata Latin “methodos – logia”
(merriam-webster). Beberapa pendapat juga mengemukakan bahwa metodologi berasal
dari bahasa Yunani yang tersusun dari kata “methodos – logos“.
Dengan penambahan leksem “logia atau logos” menunjukkan pengertian “yang
bersifat ilmiah” atau menunjuk pada ilmu itu sendiri.[2]
Sedangkan secara semantik,
metodologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara atau
jalan yang di tempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan
efisien.[3] Dan
dalam buku lain, istilah “metodologi” yang artinya adalah suatu penelitian
perumusan metode yang digunakan untuk penelitian ilmiah. Dan yang “metode”
ialah suatu cara kerja yang sistematik dan umum, terutama dalam mencari
kebenaran ilmiah.[4]
Dalam bahasa Indonesia,
memahami pengertian metode merupakan hal yang harus dilakukan terlebih dahulu
sebelum beranjak pada definisi metodologi. Hal ini bertujuan untuk
menyelaraskan kerangka pikir dan memberi pijakan untuk melangkah ke tahap
selanjutnya secara sitematis. KBBI menerangkan bahwa metodologi terdiri dari lima
suku kata “me-to-do-lo-gi” yang memiliki
pengertian “ilmu tentang metode atau uraian tentang metode”.
C. Pengertian
Islam
a. Pengertian
Islam Dari Segi Bahasa
Secara etimologi (ilmu asal
usul kata), Islam berasal dari bahasa Arab terammbil dari kosa kata salima yang
berarti selamat sentosa. Dari kata ini kemudian dibentuk menjadi kata aslama
yang berarti memeliharakan dalam keadaan selamat, sentosa, dan berarti pula
berserah diri, patuh, taat, dan tunduk. Dari kata aslama ini dibentuk
kata Islam (aslama yuslimu islaman), yang mengandung arti sebagaimana
terkandung dalam arti pokoknya, yaitu selamat, aman, damai, patuh, berserah
diri dan taat.Orang yang sudah masuk Islam dinamakan muslim, yaitu orang yang
menyatakan dirinya telah taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah SWT.
Dengan melakukan aslama, orang ini akan terjamin keselamatannya di dunia dan
akhirat. Selain itu, ada pula yang berpendapat, bahwa Islam berarti
Al-istislam, yakni mencari keselamatan atau berserah diri, dan berarti pula
al-inqiyad yang berarti mengikatkan diri.[5]
b. Pengertian
Islam Dari Segi Istilah
a) Menurut
Mahmud Syaltout, Islam adalah: Islam adalah agama Allah yang diwasiatkan dengan
ajaran-ajarannya sebagaimana terdapat di dalam pokok-pokok dan syariatnya
kepada Nabi Muhammad SAW dan mewajibkan kepadanya untuk menyampaikannya kepada seluruh umat manusia
serta mengajak mereka untuk memeluknya.
b) Menurut
Said Hawa, Islam adalah: “Agama para nabi dan seluruhnya.Dari
semenjak Adam hingga risalah Nabi Muhammad SAW yang menjadi pamungkas
risalah-risalah Allah. Islam ini adalah hidayah yang sempurna bagi manusia.
Karena Allah telah menjadikannya sempurna dan paripurna, sehingga tidak ada
suatu masalah dalam semesta ini kecuali telah di berikan penjelasan hukumnya di
situ, apakah itu boleh, haram, wajib, sunnah, makruh, atau fardu. Baik itu di
dalam masalah-masalah akidah, ibadah, politik, sosial, ekonomi, perang, atau
perdamaian, atau perundang-undangan, dan hal-hal lain yang di lihat oleh
manusia sebagai urusan manusia. Islam inilah yang di perintahkan oleh Allah SWT
untuk di peluk umat Islam, sehingga urusan mereka menjadi baik, di dunia dan
akhirat.”
c) Menurut
Imam Nabawi dalam syarh Muslim: “Islam berarti menyerah dan
patuh yang dilihat secara zahir”
d) Menurut
Ab A’la al Maudud berpendapat bahwa Islam adalah damai. Maksudnya seseorang akan
memperoleh kesehatan jiwa dan raga dalam arti sesungguhnya, hanya melalui patuh
dan taat kepada Allah.
e) Menurut
Hammudah Abdalati Islam adalah menyerahkan diri kepada Allah SWT. Maksutnya
patuh kepada kemauan Tuhan dan taat kepada Hukum-Nya.[6]
D.
Pengertian
Studi Islam
Studi dalam kamus besar
bahasa Indonesia (KBBI) berarti penelitian ilmiah, kajian, telaahan atau
pendekatan untuk meneliti gejala social dengan menganalisis secara mendalam dan
utuh. Jadi Studi
Islam atau di Barat di kenal dengan istilah Islamic Studies, secara
sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang
berhubungan dengan agama Islam. Dengan kata lain “usaha sadar dan sitematis
untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang
seluk-beluk agama islamatau hal-hal yang berhubungan dengan agama islam baik
berhuhungan dengan ajaran, sejarah maupun praktik pelaksanaannya secara nyata
dalam kehidupan sehari-hari sepanjang sejarahnya.”[7]
Usaha mempelajari agama islam tersebut dalam
kenyataannya bukan hanya dilaksanakan oleh kalangan umat islam saja, melainkan
juga dilaksanakan oleh orang-orang di luar kalangan umat islam . Studi
keislaman di kalangan umat islam sendiri tentunya sangat berdeda tujuan dan
motivasinya dengan yang dilakukan dengan orang-orang diluar kalangan Islam.
Dikalangan umat islam, studi
keislaman bertujuan untuk memahami dan mendalami serta membahas ajaran-ajar
islam agar mereka dapat mengerjakan atau melaksanakannya dengan benar.
Sedangakan diluar kalangan umat islam, studi keislaman bertujuan untuk
mempelajari seluk-beluk agama dan praktik-praktik keagamaan yang berlaku di
kalangan umat islam, yang semata-mata sebagai ilmu pengetahuan (islamologi).
Namun sebagaimana halnya dengan
ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya, maka ilmu pengetahuan tentang seluk beluk
agama dan praktik-praktik keagamaan islam tersebut bisa dimanfaatkan atau
digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu, baik yang bersifat fositif maupun
negatif .
Para ahli studi keislman diluar
kalangan umat islam tersebut di kenal dengan kaum orientalis, yaitu orang-orang
barat yang mengadakan studi tentang dunia timur, termasuk di kalangan dunia
orang islam.dalam praktiknya studi keislaman yang dilakukan oleh mereka,
terutama pada masa awal-awal mereka melakukan studi tentang dunia timur, lebih
mengarahkan dan menekan kan pada pengetahuan tentang kekurangan-kekurangan dan
kelemahan-kelemahan ajaran agama islamdan praktik-praktik pengalaman ajaran
agama islam dalam kehidupan sehari-hari umat islam, namun demikian pada masa
akhir-akhir ini banyak juga diantara para orientalis yang memberikan
pandangan-pandangan yang objektif dan bersifat ilmuiah terhadap agama islam dan
umatnya. Tentu saja pandangan-pandangan yang demikian itu akan bisa bermanfaat
bagi pengembangan studi-studi keislaman dikalangan umat islam sendiri.
Kenyataan sejarah menunjukkan (terutama setelah
“masa keemasan islam” dan umat islam sudah memasuki “masa kemunduran”nya) bahwa
pendekatan studi keislaman yang mendominasi kalangan ulama islam lebih
cenderung bersifat subjektif, afologi, dan doktriner, serta menutup diri
terhadap pendekatan yang dilakukan orang luar yang bersifat objektif dan rasional.
Bahkan kehidupan keagamaan serta budaya umat islam terkesan membeku, dan
ketinggalan zaman. Ironisnya, keadaan yang demikian inilah yang menjadi sasaran
atau objek studi dari kaum orientalis dalam studi keislamannya.
Dengan pendekatan yang bersifat objektif,
rasional atau pendekatan ilmiah, merka mendapatkan kenyataan-kenyataan bahwa
ajaran agama islam sebagai mana yang tampak dalam penomena dan praktik umatnya
ternyata tidak rasional dan tidak mampu menjawab tantangan zaman. Dengan adanya
kontak budaya modern dengan budaya islam, mendorong para ulam tersebut untuk
bersifat objektif dan terbuka terhadap pandangan luas, yang pada gilirannya
pendekatan ilmiah yang bersifat rasional dan objektif pun memasuki dunia islam,
termasuk pula dalam studi keislaman di kalangan umat islam sendiri dengan
masuknya pendekatan tersebut, maka studi islam menjadi semakin berkembang dan
menjadi sangat relevan dan di butuhkan oleh umat islam, terutama dalam
mengahadapi tantangan dunia modern yang semakin canggih dan era globalisasi
saat ini.[8]
E. Ruang
Lingkup Studi Islam
Agama sebagai objek studi minimal dapat dilihat dari
segi:
a. Sebagai doktrin dari tuhan yang sebenarnya bagi para
pemeluknya sudah final dalam arti absolute, dan diterima adanya.
b. Sebagai gejala budaya, yang berarti seluruh yang
menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang
terhadap doktrin agamanya.
c. Sebagai interaksi, yaitu realitas umat islam.
Bila dilihat dari tiga sisi, maka ruang lingkup
studi Islam dapat di batasi pada tiga sisi tersebut. Oleh karena sisi doktrin
merupakan suatu keyakinan atas kebenaran teks wahyu, maka hal ini tidak
memerlukan penelitian didalamnya.[9]
F. Pendekatan-pendekatan dalam metodologi studi Islam
Diketahui bahwa Islam
sebagai agama banyak dimensi, yaitu mulai dari dimensi keimanan, akal pikiran,
ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan, sejarah,
perdamaian, sampai pada kehidupan rumah tangga, dan masih banyak lagi. Untuk memahami berbagai dimensi ajaran Islam
tersebut jelas memerlukan berbagai pendekatan yang digali dari berbagai
disiplin ilmu. Di dalam Alqur’an yang merupakan sumber ajaran Islam, misalnya
dijumpai ayat- ayat tentang proses pertumbuhan dan perkembangan anatomi tubuh
manusia. Untuk menjelaskan masalah ini jelas memerlukan dukungan ilmu anatomi
tubuh manusia. Selanjutnya untuk membahas ayat- ayat yang berkenaaan dengan
masalah tanaman dan tumbuh- tumbuhan jelas memerlukan bantuan ilmu pertanian.
Berkenanaan
dengan pemikiran diatas, maka kita perlu mengetahui dengan jelas
pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam memahamai agama. Hal ini perlu
dilakukan, karena melalui pendekatan tersebut kehadiran agama secara fugsional
dapat dirasakan oleh penganutnya. Sebaliknya tanpa mengetahui berbagai
pendekatan tersebut, tidak mustahil agama menjadi sulit dipahami oleh
masyarakat, tidak fungsional, dan akhirnya masyarakat mencari pemecahan masalah
kepada selain agama, dan hal ini tidak boleh terjadi. Untuk lebih jelasnya
pendekatan tersebut dapat kita pelajari sebagai berikut:
a.
Pendekatan Sosiologis
Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan
antara manusia yang menguasai hidupnya. Sosiologi mencoba mengerti sifat dan
maksud hidup bersama, cara yang terbentuk dan tumbuh serta berubahnya
perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula kepercayaannya, keyakinan yang
memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan
hidup manusia.
Pendekatan
sosiologis dibedakan dari pendekatan studi agama lainnya karena fokus
perhatiannya pada interaksi antara agama dan masyarakat. Teori sosiologis
tentang watak agama serta kedudukan dan signifikansinya dalam dunia sosial,
mendorong di tetapkannya serangkaian kategori-kategori sosiologis, meliputi:
a)
Stratifikasi sosial, seperti kelas dan
etnisitas
b) Kategori bisosial, seperti seks, gender
perkawinan, keluarga masa kanak-kanak dan usia
c) Pola organisasi sosial, meliputi politik,
produksi ekonomis, sistem-sistem pertukaran dan birokrasi.
d)
Proses sosial, seperti formasi batas, relasi
intergroup, interaksi personal, penyimpangan, dan globalisasi.
Dalam
al-quran terdapat tuntunan yang banyak membicarakan realitas tertinggi yang
menunjukan bahwa ia, secara filosofis, tidak menerima selainnya. Namun disisi
lain (sosiologis), ia juga dengan sangat toleran menerima kehadiran keyakinan
lain (lakum dinukum waliyaddin).
b.
Pendekatan Historis
Sejarah
atau historis adalah suatu ilmu yang membahas berbagai peristiwa dengan
memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari
peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini, segala peristiwa dapat dilacak dengan
melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya, siapa yang terlibat
dalam peristiwa tersebut, dan lain sebagainya.
Pendekatan
kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri
turun dalam situasi yang kongkrit bahkan berkaitan dengan kondisi social
kemasyarakatan. Dalam kontek ini Kuntowijaya telah melakukan studi yang
mendalam terhadap agama yang dalam hal ini islam menurut pendekatan sejarah.
Ketika ia mempelajari Al-qur’an, ia sampai pada kesimpulan bahwa dasarnya
kandungan Al-qur’an itu menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi konsep-konsep
dan bagian kedua berisi kisah-kisah sejarah dan perumpamaan.
Melalui
pendekatan sejarah ini seseorang diajak menukik dari alam idealis ke alam yang
bersifat empirism dan mendunia. Dari kedaan ini seseorang akan melihat adanya
kesenjangan atau keselarassan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan
yang ada dalam empiris dan historis. Pendekatan kesejarahan ini amat dibutuhkan
dalam memahami agama, karena Agama itu sendiri turun dalam situasi yang konkret
bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan.
c.
Pendekatan Antropologis
Pendekatan
ini dapat diartikan sebagai salah satu upaya dalam memahamai agama dengan cara
melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.
Melalui perndekatan ini agama tamapak lebih akrab dan dekat dengan
masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya.
Dalam
berbagai penelitian antropologi. Agama dapat ditemukan adanya hubungan positif
antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik golongan masyarakat
yang kurang mampu pada umumnya lebih tertarik kepada gerakan-gerakan keagamaan yang
mesianis, yang menjanjikan perubahan tatanan sosial masyarakat. Sedangkan
golongan orang yang kaya lebih cenderung untuk mempertahankan tatanan
masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi lantaran tatanan itu menguntungkan
pihaknya.
Melalui
pendekatan antropologi sosok agamayang berada pada daratan empiric akan dapat
dilihat serat-seratnya dan latar belakang mengapa ajaran agama tersebut muncul
dan dirumuskan. Antropologi berupaya melihat hubungan antara agama dengan
berbagai pranata yang terjadi dimasyarakat.
Dalam
pendekatan ini kita melihat bahwa agama ternyata berkorelasi dengan etos kerja
dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dalam hubungan ini, jika ingin
mengubah pandangan dan sikap etos kerja seseorang maka dapat dilakukan dengan
cara mengubah pandangan keagamaan. Selanjutnya melalui pendekatan antropologis
ini, kita dapat melihat agama dalam hubungannya dengan mekanisme
pengorganisasian.
Salah
satu konsep kunci terpenting dalam antropologi adalah modern adalah holisme,
yakni pandangan bahwa praktik-praktik sosial harus diteliti dalam konteks dan
secara esensial dilihat sebagai praktik yang berkaitan dengan yang lain dalam
masyarakat yang sedang diteliti. Para antropologis harus melihat agama dan
praktik-praktik pertanian, kekeluargaan dan politik, magic dan pengobatan secara
bersama-sama maka agama tidak bisa dilihat sebagai system otonom yang tidak
terpengaruh oleh praktik-praktik sosial lainnya.
d.
Pendekatan Psikologi
Psikologi
atau ilmu jiwa adalah jiwa
yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat diamatinya.
Menurut Zakiah Daradjat, perilaku seseorang yang
tampak lahiriah terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Ilmu
jiwa agama sebagaimana yang dikemukakan Zakiah Daradjat, tidak akan
mempersoalkan benar tidaknya suatu agama yang dianut seseorang, melainkan yang
dipentingkan adalah bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat pengaruhnya
dalam perilaku penganutnya.
Dengan ilmu jiwa ini seseorang selain
akan mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati, dipahami dan diamalkan
seseorang juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama ke dalam
jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan uasianya. Dengan ilmu agama akan
menemukan cara yang tepat dan cocok untuk menanamkannya.[10]
G. Objek Pembahasan Metodologi Studi Islam
Islam
sebagai agama tidak datang ke dalam “ruangan” dan kondisi yang kosong. Islam
hadir kepada suatu masyarakat yang sudah sarat dengan keyakinan, tradisi dan
praktik-praktik kehidupan. Masyarakat saat itu bukan tanpa ukuran moralitas
tertentu, namun sebaliknya di dalam diri mereka tentanam nilai dan moralitas.
Kemudian
Dalam perjalanan panjang Islam, Islam mengalami asimilasi,
perkembangan-perkembangan akibat adanya berbagai macam pemahaman yang
dikembangkan oleh para tokoh-tokoh agama, ulama, pemikir-pemikir Islam. Dalam
istilah Komarudin Hidayat Wahyu ketika dilangit bersifat maskulin
(tunggal), namun ketika membumi bersifat feminis. Hal ini berarti bahwa
penafsiran terhadap wahyu al-Qur’an mengalami perkembangan tidak hanya
tekstual tetapi memahami wahyu al-Qur’an secara kontekstual.
Oleh
sebab itu, Obyek kajian dalam Islam tidak hanya membahas tentang persoalan
trasedental namun membahas hal lain yang menyangkut persoalan-persoalan ketika
agama membumi. Berikut obyek kajian dalam studi Islam :
a) Komunitas setiap tradisi memiliki suatu
komunitas keagamaan (gereja, masjid, ummah) yang memiliki beragam cabang dan
yang membawa umat beriman ke dalam suatu konteks global.
b) Ritual yang dapat dipahami dalam tiga aspek;
penyembahan yang terus menerus, sakramen, dan upacara-upacara. Sakramen
biasanya berkaitan dengan perjalanan kehidupan yang luar biasa, kelahiran,
inisiasi (upacara tapabrata), perkawinan dan kematian. Upacara-upacara sering merayakan
tanggal kelahiran atau peristiwa-peristiwa besar lainnya dari kehidupan
tokoh-tokoh-tokoh besar seperti yesus, Musa, Muhammad, Krishna dan Budha.
Aktivitas penyembahan, sangat beragam dari segi frekuensi, watak, dan
signifikansinya namun seluruh agama memilikinya.
c) Etika; seluruh tradisi memiliki keinginan
mengkonseptualisasikan dan membimbing kearah kehidupan yang baik, dan
semua menyepakati persoalan-persoalan dasar seperti keharusan menghindari
kebohongan, mencuri, pembunuhan, membawa aib keluarga, mengingkari cinta.
Tradisi-traisi monoreistik menyerukan agar mencintai manusia dan Tuhan, sedang
tradisi-tradisi timur lebih cendrung menyerukan concernetis kepada alam.
d) Keterliban social dan politis;
komunitas-komunitas keagamaan merasa perlu terlibat dalam masyarakat yang lebih
luas untuk mempengaruhi, mereformasi, atau beradaftasi dengannya kecuali jika
agama dan masyarakat saling terpisah seperti dalam agama-agama primal.
e) Kajian teks dan Kitab suci, termasuk mite atau
sejarah suci dalam kitab suci atau tradisi oral yang dengannya masyarakat
hidup, dengan mengenyampingkan agama-agama primal, kebanyakan tradisi memiliki
kitab-kitab sebagai suatu canon (peraturan-peraturan). (Di Jerman, hingga hari
ini, kajian-kajian terhadap bahasa, budaya dan agama merupakan inti dari studi
Islam yang dipelajari, dan di universitas lebih dikenal sebagai Orientalische
Seminar. Diantara pemula pakar bahasa Arab dari Jerman adalah Johan Jokab
Reiske (1716-1774). Kajian-kajian bahasa Arab berkembang secara luas di Eropa sejak
permulaan abad ke-19. Salah satu dari ahli-ahli dalam bidang ini adalah seorang
sarjana Perancis A.I. Sylvestre de Sacy.
f) Konsep atau doktrin
g) Estetika: dalam tingkat akar rumput di
sepanjang sejarah, estetika merupakan hal yang signifikan. Ikonografi di taj
mahal dan parmadani di Persia
h) Spiritualitas yang menekankan sisi dalam
(batin) dari agama. (Frank Whaling, Pendekatan Teologis, dalam Peter Connoly
(ed.) Aneka Pendekatan Studi Agama, (Yogyakarta: LKIS, 1999), 321) Spritualitas
Muslim dalam makna luas dengan jelas mengekpresikan dirinya dalam berbagai cara
dan bentuk yang sangat berbeda, dari kesalehan yang lebih tradisional kepada
bentuk-bentuk pengalaman mistik pribadi, dalam berbagai ekspresinya yang
berbeda, dari pengalaman Hadis kepada puisi yang mengisyaratkan pada yang
absolut. Meskipun selalu ada banyak referensi bagi ‘’isyarat-isyarat” Tuhan,
isyarat-isyarat tersebut memainkan peran yang sangat berbeda dalam berbagai
cara yang berbeda pula.[11]
H. Kesimpulan
Metodologi adalah
ilmu-ilmu/cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan
penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung
dari realitas yang sedang dikaji. Metodologi tersusun dari cara-cara yang
terstruktur untuk memperoleh ilmu.
Studi Islam
dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) berarti penelitian ilmiah, kajian,
telaahan atau pendekatan untuk meneliti gejala social dengan menganalisis
secara mendalam dan utuh tentang Agama Islam.
Pendekatan-pendekatan
dalam metodologi studi Islam antara lain sebagai berikut:
a.
Pendekatan Sosiologis (pendekataan tentang cara
hidup manusia).
b. Pendekatan Historis ( pendekatan dengan memperhatikan
unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut).
c. Pendekatan Antropologis (pendekatan dengan memahamai
agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat).
d.
Pendekatan Psikologi (pendekatan dengan mempelajari jiwa seseorang
melalui gejala perilaku yang dapat diamatinya).
Agama sebagai objek studi minimal dapat dilihat dari segi:
a. Sebagai doktrin dari tuhan yang sebenarnya bagi para
pemeluknya sudah final dalam arti absolute, dan diterima adanya.
b. Sebagai gejala budaya, yang berarti seluruh yang
menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang
terhadap doktrin agamanya.
c. Sebagai interaksi, yaitu realitas umat islam.
Bila dilihat dari tiga sisi, maka ruang lingkup studi Islam dapat di
batasi pada tiga sisi tersebut. Oleh karena sisi doktrin merupakan suatu
keyakinan atas kebenaran teks wahyu, maka hal ini tidak memerlukan penelitian
didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin, Nata. Studi
Islam Komprehensif. Jakarta: Kencana. 2011.
http://elsya2389.blogspot.co.id/2012/04/metodologi-studi-islam-pengertian-ruang.html
http://www.sarjanaku.com/2012/09/pengertian-metodologi-studi-islam.html
Muhaimin. Studi Islam dalm Ragam Dimensi dan
Pendekatan. Jakarta: Kencana Pernada Media Groub. 2012.
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN di
Jakarta, Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam. Metodologi
Pengajaran Agama Islam”. Jakarta:
1983.
Sugiyono. Memahami
Penelitian Kualitatif. Bandung:
ALFABETA. 2012.
Yusuf, Tahyar dan Syaiful Anwar. Metodologi
Pengajaran Agama dan Bahasa Arab. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cet 1
1995.
[2] Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif.(
Bandung: ALFABETA,2012),h. 35
[3] Yusuf, Tahyar
dan Syaiful Anwar. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab.(Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada. Cet 1 1995). Hlm. 1
[4] Proyek
Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta, Direktorat Pembinaan
Perguruan Tinggi Agama Islam. Metodologi Pengajaran Agama Islam”. (Jakarta: 1983). Hlm. 1
[7] Muhaimin, Studi
Islam dalm Ragam Dimensi dan Pendekatan, (Jakarta: Kencana Pernada Media
Groub, 2012)., hlm. 1.
[10]
http://elsya2389.blogspot.co.id/2012/04/metodologi-studi-islam-pengertian-ruang.html
[11]
http://www.sarjanaku.com/2012/09/pengertian-metodologi-studi-islam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar