Senin, 08 Mei 2017

makalah pengertian Metodologi Studi Islam by: Samsul Nasution



MAKALAH METODOLOGI STUDI ISLAM
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP METODOLOGI STUDI ISLAM
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
FATIMAH AHMAD RAMBE (0301161042)
SAMSUL BAHRI (0301162195)

Dosen Pengampu:  Dr. M. Razali, Lc, MA


 


                                                           




JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

A.     Latar Belakang

Disamping didasarkan kepada pemikiran sebagaimana terdapat pada kata pengantar tersebut,penulisan buku ini juga di latarbelakangi oleh pemikiran sebagai berikut.
Islam sebagai mana dikemukakan Harun Nasution bukan hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan melalui ibadah ritual, seperti shalat, puasa dan haji, melainkan mengatur pula hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam jagat raya, melainkan membicarakan berbagai aspek, yakni aspek teologi, filsafat, tasawuf, sejarah, hukum islam, dan lain sebagainya.Melalui bukunya yang  berjudul Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek.[1]
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang pengertian studi islam, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis.














B.     Pengertian Metodologi

Metodologi adalah ilmu-ilmu/cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang dikaji. Metodologi tersusun dari cara-cara yang terstruktur untuk memperoleh ilmu.
Metodologi atau methodology dalam bahasa Inggris, diserap dari bahasa Perancis “méthodologie” yang berasal dari bahasa Latin modern “methodologia” yang tersusun dari kata Latin “methodos – logia” (merriam-webster). Beberapa pendapat juga mengemukakan bahwa metodologi berasal dari bahasa Yunani yang tersusun dari kata “methodos – logos“. Dengan penambahan leksem “logia atau logos” menunjukkan pengertian “yang bersifat ilmiah” atau menunjuk pada ilmu itu sendiri.[2]
Sedangkan secara semantik, metodologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang di tempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien.[3] Dan dalam buku lain, istilah “metodologi” yang artinya adalah suatu penelitian perumusan metode yang digunakan untuk penelitian ilmiah. Dan yang “metode” ialah suatu cara kerja yang sistematik dan umum, terutama dalam mencari kebenaran ilmiah.[4]
Dalam bahasa Indonesia, memahami pengertian metode merupakan hal yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum beranjak pada definisi metodologi. Hal ini bertujuan untuk menyelaraskan kerangka pikir dan memberi pijakan untuk melangkah ke tahap selanjutnya secara sitematis. KBBI menerangkan bahwa metodologi terdiri dari lima suku kata “me-to-do-lo-gi” yang memiliki pengertian “ilmu tentang metode atau uraian tentang metode”.

C.      Pengertian Islam
a.      Pengertian Islam Dari Segi Bahasa
Secara etimologi (ilmu asal usul kata), Islam berasal dari bahasa Arab terammbil dari kosa kata salima yang berarti selamat sentosa. Dari kata ini kemudian dibentuk menjadi kata aslama yang berarti memeliharakan dalam keadaan selamat, sentosa, dan berarti pula berserah diri, patuh, taat, dan tunduk. Dari kata aslama ini dibentuk kata Islam (aslama yuslimu islaman), yang mengandung arti sebagaimana terkandung dalam arti pokoknya, yaitu selamat, aman, damai, patuh, berserah diri dan taat.Orang yang sudah masuk Islam dinamakan muslim, yaitu orang yang menyatakan dirinya telah taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah SWT. Dengan melakukan aslama, orang ini akan terjamin keselamatannya di dunia dan akhirat. Selain itu, ada pula yang berpendapat, bahwa Islam berarti Al-istislam, yakni mencari keselamatan atau berserah diri, dan berarti pula al-inqiyad yang berarti mengikatkan diri.[5]

b.     Pengertian Islam Dari Segi Istilah
a)     Menurut Mahmud Syaltout, Islam adalah: Islam adalah agama Allah yang diwasiatkan dengan ajaran-ajarannya sebagaimana terdapat di dalam pokok-pokok dan syariatnya kepada Nabi Muhammad SAW dan mewajibkan kepadanya untuk  menyampaikannya kepada seluruh umat manusia serta mengajak mereka untuk memeluknya.
b)     Menurut Said Hawa, Islam adalah: “Agama para nabi dan seluruhnya.Dari semenjak Adam hingga risalah Nabi Muhammad SAW yang menjadi pamungkas risalah-risalah Allah. Islam ini adalah hidayah yang sempurna bagi manusia. Karena Allah telah menjadikannya sempurna dan paripurna, sehingga tidak ada suatu masalah dalam semesta ini kecuali telah di berikan penjelasan hukumnya di situ, apakah itu boleh, haram, wajib, sunnah, makruh, atau fardu. Baik itu di dalam masalah-masalah akidah, ibadah, politik, sosial, ekonomi, perang, atau perdamaian, atau perundang-undangan, dan hal-hal lain yang di lihat oleh manusia sebagai urusan manusia. Islam inilah yang di perintahkan oleh Allah SWT untuk di peluk umat Islam, sehingga urusan mereka menjadi baik, di dunia dan akhirat.”
c)      Menurut Imam Nabawi dalam syarh Muslim: “Islam berarti menyerah dan patuh yang dilihat secara zahir”
d)     Menurut Ab A’la al Maudud berpendapat bahwa Islam adalah damai. Maksudnya seseorang akan memperoleh kesehatan jiwa dan raga dalam arti sesungguhnya, hanya melalui patuh dan taat kepada Allah.
e)     Menurut Hammudah Abdalati Islam adalah menyerahkan diri kepada Allah SWT. Maksutnya patuh kepada kemauan Tuhan dan taat kepada Hukum-Nya.[6]

D.     Pengertian Studi Islam
Studi dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) berarti penelitian ilmiah, kajian, telaahan atau pendekatan untuk meneliti gejala social dengan menganalisis secara mendalam dan utuh. Jadi Studi Islam atau di Barat di kenal dengan istilah Islamic Studies, secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Dengan kata lain “usaha sadar dan sitematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk-beluk agama islamatau hal-hal yang berhubungan dengan agama islam baik berhuhungan dengan ajaran, sejarah maupun praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sepanjang sejarahnya.”[7]
Usaha mempelajari agama islam tersebut dalam kenyataannya bukan hanya dilaksanakan oleh kalangan umat islam saja, melainkan juga dilaksanakan oleh orang-orang di luar kalangan umat islam . Studi keislaman di kalangan umat islam sendiri tentunya sangat berdeda tujuan dan motivasinya dengan yang dilakukan dengan orang-orang diluar kalangan Islam.
            Dikalangan umat islam, studi keislaman bertujuan untuk memahami dan mendalami serta membahas ajaran-ajar islam agar mereka dapat mengerjakan atau melaksanakannya dengan benar. Sedangakan diluar kalangan umat islam, studi keislaman bertujuan untuk mempelajari seluk-beluk agama dan praktik-praktik keagamaan yang berlaku di kalangan umat islam, yang semata-mata sebagai ilmu pengetahuan (islamologi).
            Namun sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya, maka ilmu pengetahuan tentang seluk beluk agama dan praktik-praktik keagamaan islam tersebut bisa dimanfaatkan atau digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu, baik yang bersifat fositif maupun negatif .
            Para ahli studi keislman diluar kalangan umat islam tersebut di kenal dengan kaum orientalis, yaitu orang-orang barat yang mengadakan studi tentang dunia timur, termasuk di kalangan dunia orang islam.dalam praktiknya studi keislaman yang dilakukan oleh mereka, terutama pada masa awal-awal mereka melakukan studi tentang dunia timur, lebih mengarahkan dan menekan kan pada pengetahuan tentang kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan ajaran agama islamdan praktik-praktik pengalaman ajaran agama islam dalam kehidupan sehari-hari umat islam, namun demikian pada masa akhir-akhir ini banyak juga diantara para orientalis yang memberikan pandangan-pandangan yang objektif dan bersifat ilmuiah terhadap agama islam dan umatnya. Tentu saja pandangan-pandangan yang demikian itu akan bisa bermanfaat bagi pengembangan studi-studi keislaman dikalangan umat islam sendiri.
Kenyataan sejarah menunjukkan (terutama setelah “masa keemasan islam” dan umat islam sudah memasuki “masa kemunduran”nya) bahwa pendekatan studi keislaman yang mendominasi kalangan ulama islam lebih cenderung bersifat subjektif, afologi, dan doktriner, serta menutup diri terhadap pendekatan yang dilakukan orang luar yang bersifat objektif dan rasional. Bahkan kehidupan keagamaan serta budaya umat islam terkesan membeku, dan ketinggalan zaman. Ironisnya, keadaan yang demikian inilah yang menjadi sasaran atau objek studi dari kaum orientalis dalam studi keislamannya.
Dengan pendekatan yang bersifat objektif, rasional atau pendekatan ilmiah, merka mendapatkan kenyataan-kenyataan bahwa ajaran agama islam sebagai mana yang tampak dalam penomena dan praktik umatnya ternyata tidak rasional dan tidak mampu menjawab tantangan zaman. Dengan adanya kontak budaya modern dengan budaya islam, mendorong para ulam tersebut untuk bersifat objektif dan terbuka terhadap pandangan luas, yang pada gilirannya pendekatan ilmiah yang bersifat rasional dan objektif pun memasuki dunia islam, termasuk pula dalam studi keislaman di kalangan umat islam sendiri dengan masuknya pendekatan tersebut, maka studi islam menjadi semakin berkembang dan menjadi sangat relevan dan di butuhkan oleh umat islam, terutama dalam mengahadapi tantangan dunia modern yang semakin canggih dan era globalisasi saat ini.[8]

E.      Ruang Lingkup Studi Islam
Agama sebagai objek studi minimal dapat dilihat dari segi:
a.       Sebagai doktrin dari tuhan yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudah final dalam arti absolute, dan diterima adanya.
b.      Sebagai gejala budaya, yang berarti seluruh yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agamanya.
c.       Sebagai interaksi, yaitu realitas umat islam.
Bila dilihat dari tiga sisi, maka ruang lingkup studi Islam dapat di batasi pada tiga sisi tersebut. Oleh karena sisi doktrin merupakan suatu keyakinan atas kebenaran teks wahyu, maka hal ini tidak memerlukan penelitian didalamnya.[9]

F.      Pendekatan-pendekatan dalam metodologi studi Islam
Diketahui bahwa Islam sebagai agama banyak dimensi, yaitu mulai dari dimensi keimanan, akal pikiran, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan, sejarah, perdamaian, sampai pada kehidupan rumah tangga, dan masih banyak lagi. Untuk memahami berbagai dimensi ajaran Islam tersebut jelas memerlukan berbagai pendekatan yang digali dari berbagai disiplin ilmu. Di dalam Alqur’an yang merupakan sumber ajaran Islam, misalnya dijumpai ayat- ayat tentang proses pertumbuhan dan perkembangan anatomi tubuh manusia. Untuk menjelaskan masalah ini jelas memerlukan dukungan ilmu anatomi tubuh manusia. Selanjutnya untuk membahas ayat- ayat yang berkenaaan dengan masalah tanaman dan tumbuh- tumbuhan jelas memerlukan bantuan ilmu pertanian.
Berkenanaan dengan pemikiran diatas, maka kita perlu mengetahui dengan jelas pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam memahamai agama. Hal ini perlu dilakukan, karena melalui pendekatan tersebut kehadiran agama secara fugsional dapat dirasakan oleh penganutnya. Sebaliknya tanpa mengetahui berbagai pendekatan tersebut, tidak mustahil agama menjadi sulit dipahami oleh masyarakat, tidak fungsional, dan akhirnya masyarakat mencari pemecahan masalah kepada selain agama, dan hal ini tidak boleh terjadi. Untuk lebih jelasnya pendekatan tersebut dapat kita pelajari sebagai berikut:
a.       Pendekatan Sosiologis
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai hidupnya. Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara yang terbentuk dan tumbuh serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup itu serta pula kepercayaannya, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia.
Pendekatan sosiologis dibedakan dari pendekatan studi agama lainnya karena fokus perhatiannya pada interaksi antara agama dan masyarakat. Teori sosiologis tentang watak agama serta kedudukan dan signifikansinya dalam dunia sosial, mendorong di tetapkannya serangkaian kategori-kategori sosiologis, meliputi:
a)     Stratifikasi sosial, seperti kelas dan etnisitas
b)     Kategori bisosial, seperti seks, gender perkawinan, keluarga masa kanak-kanak dan usia
c)      Pola organisasi sosial, meliputi politik, produksi ekonomis, sistem-sistem pertukaran dan birokrasi.
d)     Proses sosial, seperti formasi batas, relasi intergroup, interaksi personal, penyimpangan, dan globalisasi.
Dalam al-quran terdapat tuntunan yang banyak membicarakan realitas tertinggi yang menunjukan bahwa ia, secara filosofis, tidak menerima selainnya. Namun disisi lain (sosiologis), ia juga dengan sangat toleran menerima kehadiran keyakinan lain (lakum dinukum waliyaddin).
b.      Pendekatan Historis
Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang membahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini, segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya, siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut, dan lain sebagainya.
Pendekatan kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri turun dalam situasi yang kongkrit bahkan berkaitan dengan kondisi social kemasyarakatan. Dalam kontek ini Kuntowijaya telah melakukan studi yang mendalam terhadap agama yang dalam hal ini islam menurut pendekatan sejarah. Ketika ia mempelajari Al-qur’an, ia sampai pada kesimpulan bahwa dasarnya kandungan Al-qur’an itu menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi konsep-konsep dan bagian kedua berisi kisah-kisah sejarah dan perumpamaan.
Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak menukik dari alam idealis ke alam yang bersifat empirism dan mendunia. Dari kedaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarassan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada dalam empiris dan historis. Pendekatan kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena Agama itu sendiri turun dalam situasi yang konkret bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan.
c.       Pendekatan Antropologis
Pendekatan ini dapat diartikan sebagai salah satu upaya dalam memahamai agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui perndekatan ini agama tamapak lebih akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya.
Dalam berbagai penelitian antropologi. Agama dapat ditemukan adanya hubungan positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik golongan masyarakat yang kurang mampu pada umumnya lebih tertarik kepada gerakan-gerakan keagamaan yang mesianis, yang menjanjikan perubahan tatanan sosial masyarakat. Sedangkan golongan orang yang kaya lebih cenderung untuk mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi lantaran tatanan itu menguntungkan pihaknya.
Melalui pendekatan antropologi sosok agamayang berada pada daratan empiric akan dapat dilihat serat-seratnya dan latar belakang mengapa ajaran agama tersebut muncul dan dirumuskan. Antropologi berupaya melihat hubungan antara agama dengan berbagai pranata yang terjadi dimasyarakat.
Dalam pendekatan ini kita melihat bahwa agama ternyata berkorelasi dengan etos kerja dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dalam hubungan ini, jika ingin mengubah pandangan dan sikap etos kerja seseorang maka dapat dilakukan dengan cara mengubah pandangan keagamaan. Selanjutnya melalui pendekatan antropologis ini, kita dapat melihat agama dalam hubungannya dengan mekanisme pengorganisasian.
Salah satu konsep kunci terpenting dalam antropologi adalah modern adalah holisme, yakni pandangan bahwa praktik-praktik sosial harus diteliti dalam konteks dan secara esensial dilihat sebagai praktik yang berkaitan dengan yang lain dalam masyarakat yang sedang diteliti. Para antropologis harus melihat agama dan praktik-praktik pertanian, kekeluargaan dan politik, magic dan pengobatan secara bersama-sama maka agama tidak bisa dilihat sebagai system otonom yang tidak terpengaruh oleh praktik-praktik sosial lainnya.
d.      Pendekatan Psikologi
Psikologi atau ilmu jiwa adalah jiwa yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat diamatinya. Menurut Zakiah Daradjat, perilaku seseorang yang tampak lahiriah terjadi karena dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Ilmu jiwa agama sebagaimana yang dikemukakan Zakiah Daradjat, tidak akan mempersoalkan benar tidaknya suatu agama yang dianut seseorang, melainkan yang dipentingkan adalah bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat pengaruhnya dalam perilaku penganutnya.
Dengan ilmu jiwa ini seseorang selain akan mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati, dipahami dan diamalkan seseorang juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan uasianya. Dengan ilmu agama akan menemukan cara yang tepat dan cocok untuk menanamkannya.[10]


G.     Objek Pembahasan Metodologi Studi Islam
Islam sebagai agama tidak datang ke dalam “ruangan” dan kondisi yang kosong. Islam hadir kepada suatu masyarakat yang sudah sarat dengan keyakinan, tradisi dan praktik-praktik kehidupan. Masyarakat saat itu bukan tanpa ukuran moralitas tertentu, namun sebaliknya di dalam diri mereka tentanam nilai dan moralitas.
Kemudian Dalam perjalanan panjang Islam, Islam mengalami asimilasi, perkembangan-perkembangan akibat adanya berbagai macam pemahaman yang dikembangkan oleh para tokoh-tokoh agama, ulama, pemikir-pemikir Islam. Dalam istilah Komarudin Hidayat Wahyu  ketika dilangit bersifat maskulin (tunggal), namun ketika membumi bersifat feminis. Hal ini berarti bahwa penafsiran terhadap wahyu al-Qur’an mengalami perkembangan  tidak hanya tekstual tetapi memahami wahyu al-Qur’an secara kontekstual.
Oleh sebab itu, Obyek kajian dalam Islam tidak hanya membahas tentang persoalan trasedental namun membahas hal lain yang menyangkut persoalan-persoalan ketika agama membumi. Berikut obyek kajian dalam studi Islam :
a)     Komunitas setiap tradisi memiliki suatu komunitas keagamaan (gereja, masjid, ummah) yang memiliki beragam cabang dan yang membawa umat beriman ke dalam suatu konteks global.
b)     Ritual yang dapat dipahami dalam tiga aspek; penyembahan yang terus menerus, sakramen, dan upacara-upacara. Sakramen biasanya berkaitan dengan perjalanan kehidupan yang luar biasa, kelahiran, inisiasi (upacara tapabrata), perkawinan dan kematian. Upacara-upacara sering merayakan tanggal kelahiran atau peristiwa-peristiwa besar lainnya dari kehidupan tokoh-tokoh-tokoh besar seperti yesus, Musa, Muhammad, Krishna dan Budha. Aktivitas penyembahan, sangat beragam dari segi frekuensi, watak, dan signifikansinya namun seluruh agama memilikinya.
c)      Etika; seluruh tradisi memiliki keinginan mengkonseptualisasikan dan membimbing kearah kehidupan yang baik, dan  semua menyepakati persoalan-persoalan dasar seperti keharusan menghindari kebohongan, mencuri, pembunuhan, membawa aib keluarga, mengingkari cinta. Tradisi-traisi monoreistik menyerukan agar mencintai manusia dan Tuhan, sedang tradisi-tradisi timur lebih cendrung menyerukan concernetis kepada alam.
d)     Keterliban social dan politis; komunitas-komunitas keagamaan merasa perlu terlibat dalam masyarakat yang lebih luas untuk mempengaruhi, mereformasi, atau beradaftasi dengannya kecuali jika agama dan masyarakat saling terpisah seperti dalam agama-agama primal.
e)     Kajian teks dan Kitab suci, termasuk mite atau sejarah suci dalam kitab suci atau tradisi oral yang dengannya masyarakat hidup, dengan mengenyampingkan agama-agama primal, kebanyakan tradisi memiliki kitab-kitab sebagai suatu canon (peraturan-peraturan). (Di Jerman, hingga hari ini, kajian-kajian terhadap bahasa, budaya dan agama merupakan inti dari studi Islam yang dipelajari, dan di universitas lebih dikenal sebagai Orientalische Seminar. Diantara pemula pakar bahasa Arab dari Jerman adalah Johan Jokab Reiske (1716-1774). Kajian-kajian bahasa Arab berkembang secara luas di Eropa sejak permulaan abad ke-19. Salah satu dari ahli-ahli dalam bidang ini adalah seorang sarjana Perancis A.I. Sylvestre de Sacy.
f)       Konsep atau doktrin
g)     Estetika: dalam tingkat akar rumput di sepanjang sejarah, estetika merupakan hal yang signifikan. Ikonografi di taj mahal dan parmadani di Persia
h)     Spiritualitas yang menekankan sisi dalam (batin) dari agama. (Frank Whaling, Pendekatan Teologis, dalam Peter Connoly (ed.) Aneka Pendekatan Studi Agama, (Yogyakarta: LKIS, 1999), 321) Spritualitas Muslim dalam makna luas dengan jelas mengekpresikan dirinya dalam berbagai cara dan bentuk yang sangat berbeda, dari kesalehan yang lebih tradisional kepada bentuk-bentuk pengalaman mistik pribadi, dalam berbagai ekspresinya yang berbeda, dari pengalaman Hadis kepada puisi yang mengisyaratkan pada yang absolut. Meskipun selalu ada banyak referensi bagi ‘’isyarat-isyarat” Tuhan, isyarat-isyarat tersebut memainkan peran yang sangat berbeda dalam berbagai cara yang berbeda pula.[11]


H.    Kesimpulan
Metodologi adalah ilmu-ilmu/cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang dikaji. Metodologi tersusun dari cara-cara yang terstruktur untuk memperoleh ilmu.
Studi Islam dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) berarti penelitian ilmiah, kajian, telaahan atau pendekatan untuk meneliti gejala social dengan menganalisis secara mendalam dan utuh tentang Agama Islam.
Pendekatan-pendekatan dalam metodologi studi Islam antara lain sebagai berikut:
a.       Pendekatan Sosiologis (pendekataan tentang cara hidup manusia).
b.      Pendekatan Historis ( pendekatan dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut).
c.       Pendekatan Antropologis (pendekatan dengan memahamai agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat).
d.      Pendekatan Psikologi (pendekatan dengan mempelajari jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat diamatinya).

Agama sebagai objek studi minimal dapat dilihat dari segi:
a.       Sebagai doktrin dari tuhan yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudah final dalam arti absolute, dan diterima adanya.
b.      Sebagai gejala budaya, yang berarti seluruh yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agamanya.
c.       Sebagai interaksi, yaitu realitas umat islam.
Bila dilihat dari tiga sisi, maka ruang lingkup studi Islam dapat di batasi pada tiga sisi tersebut. Oleh karena sisi doktrin merupakan suatu keyakinan atas kebenaran teks wahyu, maka hal ini tidak memerlukan penelitian didalamnya.


DAFTAR PUSTAKA
Abuddin, Nata. Studi Islam Komprehensif. Jakarta: Kencana. 2011.
http://elsya2389.blogspot.co.id/2012/04/metodologi-studi-islam-pengertian-ruang.html
http://www.sarjanaku.com/2012/09/pengertian-metodologi-studi-islam.html
Muhaimin. Studi Islam dalm Ragam Dimensi dan Pendekatan. Jakarta: Kencana Pernada Media Groub. 2012.
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta, Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam. Metodologi Pengajaran Agama Islam”. Jakarta:  1983.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:  ALFABETA. 2012.
Yusuf, Tahyar dan Syaiful Anwar. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cet 1 1995.



[1] Abuddin, Nata. Studi Islam Komprehensif. (Jakarta:Kencana. 2011). Hlm. 8
[2] Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif.( Bandung:  ALFABETA,2012),h. 35
[3] Yusuf, Tahyar dan Syaiful Anwar. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab.(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cet 1 1995). Hlm. 1
[4] Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta, Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam. Metodologi Pengajaran Agama Islam”. (Jakarta:  1983). Hlm. 1
[5] Abuddin, Nata. Studi Islam Komprehensif. (Jakarta:Kencana. 2011). Hlm.18
[6] Ibid. hlm.19
[7] Muhaimin, Studi Islam dalm Ragam Dimensi dan Pendekatan, (Jakarta: Kencana Pernada Media Groub, 2012)., hlm. 1.
[8] Ibid. hlm.2
[10] http://elsya2389.blogspot.co.id/2012/04/metodologi-studi-islam-pengertian-ruang.html
[11] http://www.sarjanaku.com/2012/09/pengertian-metodologi-studi-islam.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar